Saturday, April 19, 2014

Subtitling

1  Definisi Subtitling
Istilah subtitling didefinisikan oleh Shuttlewort dan Cowie (dalam Spanakaki, 2007: 8) sebagai the process of providing synchronized captions for film or television dialogue. Kemudian, Baker (2001:247) mendefinisikan subtitling sebagai the transcription of film or TV dialogue presented simultaneously on the screen”. Sementara itu, Neves (dalam Purnomo dan Untari,2011: 2) mendefinisikan subtitling sebagai proses konversi suara ke teks dari siaran televisi, internet, film, video, CD-ROM, DVD, siaran langsung dan produksi lainnya yang ditampilkan di layar monitor. Meskipun definisi-definisi subtitling di atas tidak menyebutkan istilah ‘penerjemahan’, namun jika dikaitkan dengan dunia film, subtitling bisa dipahami sebagai suatu produk terjemahan karena subtitling merupakan terjemahan tertulis dari dialog-dialog di dalam film tersebut.

Pada akhirnya Szarkowska memiliki definisi yang sedikit berbeda mengenai subtitling. Ia menyebutkan bahwa:

subtitling is a translation of the spoken source language dialogue into the target language in the form of synchronized captions, usually at the bottom of the screen, in the form that alters the source text to the least possible extent and enables the target audience to experience the foreign and be aware of its ‘foreignness’ at all times.

(http://translationjournal.net/journal/32film.htm)

Dari definisi ini bisa disimpulkan bahwa subtitling bertujuan supaya penonton merasakan pengalaman cerita sementara mendapatkan pesan dalam bahasa sasaran secara bersamaan. Singkatnya, subtitling menerjemahkan pengucapan dalam bahasa sumber atau bahasa lisan ke bahasa tulis dalam bahasa sasaran.

Purnomo dan Untari (2011: 5) menambahkan bahwa ada perbedaan yang mendasar antara istilah subtitling dan subtitle. Subtitling merujuk pada prosesnya sementara itu subtitle merujuk pada produknya (versi tulis dari dialog film yang biasanya ditampilkan di layar bagian bawah). Mereka menambahkan bahwasanya dalam subtitling, seseorang yang membuat subtitle disebut sebagai subtitler.
2  Jenis-jenis Subtitle

Gottlieb membedakan subtitle menjadi dua jenis yaitu:
a)      Intralinguistik

Merupakan bentuk subtitle yang sesuai dengan bahasa asli. Biasanya ditujukan untuk orang yang mempunyai gangguan pada pendengaran. Jenis subtitle ini dikatakan bersifat vertikal karena hanya menuangkan informasi lisan ke dalam bentuk teks tertulis, yaitu hanya berubah modenya dan bukan bahasanya.
b)      Interlinguistik

Jenis subtitle ini melibatkan dua bahasa, yaitu bahasa asli yang digunakan oleh aktor dan bahasa sasaran atau terjemahannya. Jenis subtitle ini bersifat diagonal sebab penerjemah subtitle harus mentransfer informasi lisan dari bahasa asing kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk teks bahasa sasaran sehingga terjadi perubahan bentuk mode dan bahasa.

Sementara itu jika dilihat dari segi teknisnya, O’Connell (2007:125-126) membagi subtitle menjadi:
c)      Closed subtitle

Jenis subtitle ini muncul dalam teletext yang bersifat optional artinya teks bisa dimunculkan atau tidak tergantung kebutuhan pemirsa. Jenis ini digunakan untuk memfasilitasi penyandang tunarungu atau sejenisnya untuk mendapatkan informasi. Teks ini biasanya dibuat menyesuaikan dengan kebutuhan khusus penyandang tuna rungu dan memasukkan informasi-informasi tambahan sehingga subtitle jenis ini cenderung lebih berupa ringkasan dengan beberapa penjelasan dibandingkan dengan subtitle biasa.
d)      Open Subtitle

Jenis subtilte ini sering dijumpai pada film-film atau program televisi. Dikatakan open (terbuka) karena pemirsa tidak bisa menghilangkan teks tersebut atau dengan kata lain, teks tersebut menyatu dengan film. Jenis ini digunakan untuk menerjemahkan bahasa dalam film asing yang ditayangkan dalam bioskop atau televisi dengan trek suara aslinya.
3.   Standarisasi Subtitle

Karamitloglou (1998) menuliskan beberapa aturan dalam standardisasi subtitle yang mengacu pada panduan subtitle untuk produksi subtitle program televisi di Eropa. Aturan-aturan tersebut diantaranya dijelaskan sebagai berikut.
a.       Posisi pada layar

Teks ditempatkan di bagian bawah layar sehingga tidak menutupi gambar. Baris terendah setidaknya seperdua belas dari total tinggi layar. Posisi teks di tengah bagian bawah.
b.      Segmentasi dan panjang baris

Penempatan baris seharusnya proporsional antara baris atas dan bawah dan diusahakan memiliki panjang yang sama karena pemirsa terbiasa membaca teks dengan bentuk segi empat daripada segitiga.
c.       Jumlah baris

Maksimal dua baris teks per tayang dengan menempati paling tidak dua per dua belas dari total tinggi layar. Jika hanya terdiri dari satu baris, hendaknya diletakkan di bagian bawah.
d.      Jumlah karakter per baris

Masing-masing baris tak lebih dari 35 karakter huruf dan tanda baca untuk meminimalisasi pengurangan pesan. Karakter yang sampai melebihi 40 karakter akan mempengaruhi legibility teks karena kemungkinan besar ukuran huruf diperkecil.
e.       Durasi

Kecepatan membaca rata-rata penonton (umur 14-65 dari kalangan sosial menengah dan berpendidikan baik) dengan kerumitan teks rata-rata antara 150-180 kata per menit sehingga perdetik sekitar dua atau tiga kata. Ini berarti teks dua baris terdiri dari 14-16 kata yang membutuhkan waktu setidaknya 5,5 detik. Sementara itu untuk teks satu baris rata-rata terdiri dari 7-8 kata dan membutuhkan sekitar 3,5 detik per tayang.
f.       Tanda baca

Tanda titik digunakan di setiap akhir ujaran karakter atau tokoh berbicara. Tanda tanya (?) dan seru (!) digunakan untuk menunjukkan pertanyaan dan perintah, seruan yang dikatakan oleh tokoh. Sementara itu tanda dash (-) digunakan sebelum masing-masing karakter berbicara. Biasanya ini digunakan untuk teks yang berbentuk dialog dan melibatkan lebih dari satu karakter. Selain tanda tersebut, tanda garis miring (/) juga bisa digunakan untuk tujuan yang sama.
g.      Bahasa lisan

Bahasa lisan idealnya diterjemahkan dengan gaya yang sama untuk mendapatkan efek yang sama namun penggabungan kalimat atau ujaran perlu dihindari karena bisa mengganggu pemirsa selama image reading.
h.      Kategori faktor-faktor linguistik yang bisa dihilangkan

1)      padding expression yaitu ekspresi yang hampir tidak memiliki muatan semantik dan kemunculannya bersifat fungsional untuk mempertahankan alur ujaran yang wajar. Ekspresi ini di antaranya adalah well, you know, as I say, dan sebagainya

2)      Tautological cumulative adjectives/adverbs, seperti great big, super extra, teeny weeny di mana bagian pertama memiliki peran penekanan dan bisa digabungkan menjadi satu kata yang sepadan menjadi huge, extremely dan tiny

3)      responsive expression, seperti yes, no, ok, please, thanks, thank you, sorry bisa dihilangkan dengan asumsi ungkapan-ungkapan tersebut telah dikenal luas oleh sebagian masyarakat dunia

No comments:

Post a Comment